Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen "Tentang Rasa ~ 08 {Update}

Hidup tanpa nulis itu, ibarat makan cuma pake sayur _Menurut aku tapi ya. Tapi... Kok sekarang jadi beneran nggak semangat buat nulis ya?. _cerpen khususnya. Eh sekarang malah lagi asik ngotak atik Video. ha ha ha.
All of you want to see it?. Klik aja "broken angel arash feat helena".
Ya sudah lah. Yang terakhir, Happy reading aja lah.


“Langkah Anggun terhenti. ‘Jangan jadi pengecut’. Maksutnya dia nggak boleh kabur dari masalah?. Ehem, bener juga si kayaknya. Hanya saja untuk saat ini sepertinya lebih asik kalau hanru membayangkan reaksi Gugub Rian nanti malam. Ha ha ha. Pasti lucu. Baru membayangkan saja sudah membuat anggun tersenyum – senyum sendiri. Dengan langkah mantab ia segera masuk kedalam rumah.
Senyum di bibinya langsung menghilan bin raib saat mendapati tatapan tajam dari ketiga temannya yang telah menyambutnya di ambang pintu. Bahkan anggun tak mampu menghilangkan raut kaget sekaligus heran di wajahnya saat mendapati siapa yang sedang duduk manis di ruang tamu rumahnya.

“Ehem…” Anggun berusaha untuk menetralkan keadaan. “kok kalian bisa ada di rumah gue?” Tambahnya lagi.

“abis kita heran, tumben loe hari ini nggak masuk tanpa kabar”.

“Ya ela, gue baru holiday satu hari juga, masa sampe segitunya”.

“Emangnya loe dari mana?” Tanya Nanda menyelidik.

“Kok sampe harus bolos segala” tambah Anya.

“gue… e, Tadi ada urusan dikit”.

“eh kak anggun udah pulang. Emang dari mana aja si kak. Kok tumben bolos” Pertanyaan salsa yang baru muncul dari dapur dengan sebuah napan di tangan meninterupsi pembicaraan mereka.

“Abis Janjian sama Rian” Balas Anggun cuek.

“HA?!.Rian?. Serius?. Kakak ketemu dimana?. Kok dia nggak sekalian di ajak mampir?. Ah dia pasti makin keren. ia kan?” Tanya Salsa mupeng.

Anggun mencibir Adiknya yang menurutnya super norak.

“Berani naksir dia Gue jitak loe”.

Mendengar hal itu gantian Salsa yang mencibir sewot.

“Oh ya Al, kok loe nggak pulang kerumah loe?” Tanya Anggun mengalihkan perhatian ke Arah alan. Kontan saja kali ini Beberapa pasang mata langsung menatap tajam kearahnya.

Oke, Baiklah. Pertanyaan yang ia lontarkan mungkin terkesan tidak sopan. Tapi ia kan hanya berniat untuk mempersingkat semuanya. Bukankah seandainya ia bertanya ‘kenapa Alan bisa ada di sini’ maka jawaban yang ia dapat ‘karena ia sedang tidak ada di ruamah?’.

“kakak apaan si, nggak sopan banget” tegur Salsa.

“Tadi waktu kita mau kerumah loe kita barengan sama alan karena kebetulan memang searah. Terus didepan tadi sama salsa sekalian di ajak masuk” terang Gresia mencoba untuk kembali mencairkan suasana.

“Searah?” Anggun makin heran.

“Ya ela kak. Makanya sekali – kali ikutan ngumpul kek sama tetangga. Masa tetangganya sendiri aja nggak kenal. Kak Alan kan warga baru walaupun sekarang udah lama di kompleks kita. Yang kemaren dulu pernah Gue certain itu lho. Ih… kakak parah banget si jadi orang” cecar Salsa Gemes.

“Ha?”.

Anggun menatap alan tak percaya. Yang di tatap hanya membalas dengan senyum kaku. Ketika pandangan anggun beralik kepada ketiga sahabatnya, mereka koor mengangguk membenarkan.

Ya Tuhan. Apa mungkin ia memang sepayah itu?. Otaknya ternyata memang pas - pasan. Jadi di sini hanya ia yang tidak mengetahuinya. Ampun deh…

Cerpen "Tentang Rasa ~ 08 {Update}

Drrrrttt….

Getaran ponsel di saku mengusik ketenangan Anggun yang sedang asik mencatat. Sebuah senyuman terukir manis di bibirnya sehabis membaca tulisan yang tertera di layar. Dan begitu Pak Budi meninggalkan kelas, Anggun dengan cepat meluncur keluar. Meninggalkan ketiga temannya yang hanya saling berpandangan heran. Anggun memang sengaja ingin cepat – cepat keluar kampus.Bukan, Bukan karena sebel sama ketiga temannya yang jelas – jelas nyuekin dia seharian ini. Toh dia nggak merasa punya salah, pasti entar temannya juga bakan baekan sendiri. Dia ingin cepat – cepat meninggalkan kelasnya karena SMS dari Rian yang mengatakan sudah menunggunya di depan pintu gerbang.

“Eh, mo kemana lagi tu anak. Kok kayaknya buru – buru banget?” Tanya Gresia sambil menghampiri meja nenda yang terlihat sedang membereskan buku – bukunya.

“Nggak tau” Nanda mengeleng.

“Kalau gitu ayo buruan kita cari tau” Ajak anya tak sabar dan segera berlalu meninggalkan kelas di susul nanda dan Gresia yang ngekor di belakang.

“Eh, berhenti. Itu bukannya anggun?. Terus sama siapa?. Kok pake seragam SMA?” tahan Gresia menghenti kan langkahnya.

“Mana?” Tanya Anya.

“Itu” tunjuk Fresia kearah pintu gerbang di mana terlihat anggun yang sedang ngobrol bareng sepasang anak berseragam SMA.

“Siapa mereka?” Tambah Nanda.

“Mana Gue tau”.

“Makanya itu, kan tadi gue udah bilang ayo cari tau” Ajak anya sampil menyeret kedua temannya untuk ngumpet diantara pohon bunga .

“Hei. Kalian lagi ngapain hayo…!”.

“Sssst…”.

Isarat koor ketiganya sambil berbalik. Mendapati sosok alan dengan tampang herannya.

“Kalian lagi ngapain?” bisik Alan berusaha membaca situasi.

“Tuh”.

Tatapan alan beralih mengikuti telunjuk anya.

“Anggun?” gumam Alan masih nggak ngerti.

“Mereka berdua siapa?” Tanya Alan lagi.

“Kita juga nggak tau. Makanya ini juga lagi mau nyari tau” Balas nanda sambil mengisaratkan Alan untuk diam agar perhatiannya hanya terpusat pada anggun.

“Eh tunggu dulu. Itu bukannya cowok yang kemaren ya?. Tenyata dia masih anak SMA” Tanya anya.

“Loe tau dari mana kalau itu cowok kemaren”.

“Ya ia lah. Nggak liat apa tu motor sama helmnya kan sama”.

Sekilas Alan menatap Anya heran. Masa ngenalin orang lewat motor sama Helm. Aneh.

“Jangan – jangan dia pacarnya Anggun lagi” Tebak Gresia.

“Sejak kapan ada orang pacaran pake bawa selingkuhan” Bantah anya.

“ssst… Kalian berdua bisa diem nggak si” Kata Nanda menghentikan obrolan keduanya agar kemabil terfokus pada Anggun.

“Hei ian, Sory. Nunggunya kelamaan ya?” Sapa anggun saat menemukan sosok rian di hadapanya.

“Nggak papa kok. Gue juga baru datang. Oh ya, Gue kesini cuma mau Menuhin janji gue kalau loe akan jadiin elo orang pertama yang gue kenalin sama diera yang kini bersetatus sebagai pacar gue” Kata Rian sambil mengenalkan cewek yang ada di sampingnya.

“Diera”.

“Anggun” Sahut anggun sambil membalas uluran tangannya.

“Cantik. Pantesan bisa bikin Rian klepek – kelepek” Puji Anggun. Diera hanya Menunduk malu sementar rian hanya memabalas dengan tatapan tajamnya.

“Oh ya, Gue sempet kaget lho kemaren waktu denger Rian curhat soal loe. Ah tapi gue juga salut karena loe udah sempet nolak dia. Ke ke ke. Soalnya menurut gue dia emang pantes di tolak. Sayang dia udah terlanjur tau loe suka sama dia?” tambah Anggun lagi.

“Maksutnya?” Tanya Diera bingung.

“La kan diary loe sama dia. Ini” Sahut Anggun sambil mengeluarkan sebuah buku berwarna pink dari dalam Tasnya.
Dengan segera Diera Mengambil benda tersebut. Kaget, kesel, marah, shock plus malu melebur jadi satu. Dalam hati ia beneran berniat menjadikan Rian daging cincang.

“Puisi – puisi yang loe tulis juga bagus. Gue sampe terharu bacanya” Sambung Anggun tanpa memperdulikan deathglare yang terhunjam semakin tajam kearah rian yang tampak sedikit pucat.

“Eh, dari pada itu mending sekarang gue mau Tanya gimana sama perkembangan kisah loe” potong Rian cepat – cepat. Sekedar berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

kisah gue?. Maksut loe?” Anggun balik bertanya.

“Ia bener. Rian juga udah cerita tadi. Gimana sama kisah kakak”Balas diera kembali tersenyum. Kali ini gantian anggun yang melemparkan deathglarenya pada Rian yang pasang senyum tiga jari.

“Satu sama. Biar adil” balas rian tanpa rasa bersalah.

“Gue?. Ehem…. E kisah gue ya?. Ya berakhir sampai di sini” Balas Anggun tanpa salah tinggah.

“Yah, kok gitu?” protes Diera.

“Hei, tidak semua kisah berakhir indah bukan?” tambah Anggun membela diri.

Kali ini diera mengangguk. Kayaknya bener juga si.

“Eh udah siang nie kalian mau kemana?” lagi – lagi anggun mengalihkan pembicaraan.

“Kita?. Kayaknya gue harus nganterin Diera pulang dulu deh. Tadi kita kesini juga Cuma mau nepatin janji gue kemaren”.

“Gitu donk. Jadi cowok memang harus gentleman”.

“Terus kakak sendiri mau kemana?” Tanya diera lagi.

“Gue juga mau pulang. Bentar lagi juga busnya datang”.

“O. Kalau gitu kita duluan ya?” Pamit Diera sambil duduk di boncengan motor rian yang tampak juga sudah mengenakan helm nya kembali.

“Iya. Hati – hati di jalan” Balas Anggun sebelum keduanya berlalu.

Sebuah senyuman terukir manis di bibir anggun. Sekedar ikut mengantarkan kepergian keduanya yang semakin jauh meninggalkannya. Benarkan apa yang ia katakana?. ‘Tidak semua kisah bisa berakhir indah’. Tapi paling nggak kisah mereka sudah cukup untuk mengantikan bukan?...

Next is Last Part
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~