Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Cinta Harus Memilih ~ 09 | Cerpen Cinta

Ketika Cinta Harus Memilih part 9. Oh ya All, admin sendiri juga bingung nih. Perasaan disetiap cerpennya admin selalu memulai dengan cuap cuap, tapi selalu aja setiap adminnya abis ngeposting ada inbox yang nanyain pertanyaan yang jawabannya jelas jelas dikasi tau duluan. Emang cuap cuapnya admin biasanya gak di baca yak? #tepokJidat

Ah satu lagi, pertanyaan yang sering muncul adalah. Kenapa postingan di sini gak langsung di post sekali lalu aja?. Ya ela, yang logis aja lah. Kalau di posting sekali lalu, Star Night otomatis nggak update lagi donk. Iya kan?

Baiklah, berhubung cuap cuapnnya udah kebanyakan kita langsung ke cerpen aja ya. Untuk part sebelumnya bisa di cek disini.


Ketika Cinta Harus Memilih

“Cinta, loe kan belom jawab pertanyaan gue. Cisa itu siapa?. Kok dia bisa bareng sama Rangga sementara loe sendiri malah naik bus sendirian?” tanya kasih yang masih belum puas dengan jawaban atas pertanyaannya tadi.

“Tau...” Cinta hanya angkat bahu sambil duduk di kursinya. Diliriknya jam yang melingkar di tanggannya. Tumben dosen belum masuk. Biasanya kan cepat.

“Masa loe nggak tau si. Loe kan pacarnya. Lagian....”

“Ssssttt....” Cinta segera mengisaratkan sahabtnya itu untuk diam.

Walau kesel Kasih terpaksa manut saat mendapati arah telunjuk Cinta, dimana terdapat seorang pria tak dikenal berdiri di depan. Sejenak kasih terdiam. Sibuk memberikan penilaian pada sosok tersebut. Tampang, 8. Style 9. Tinggi oke. Gayanya, modis. Kesimpulannya, tu orang keren amat ya?.

Sementara cinta justru bersukur karena merasa terselamatkan dari pertanyaan yang paling tak di inginkan dari sahabatnya. Secara bagaimana caranya ia bisa menjelaskan siapa cewek yang bersama Rangga tadi jika pada kenyataannya ia juga tidak tau apa – apa selain kenyataan bahwa cewek tadi bernama Cisa.

“Mohon perhatian semuanya. Perkenalkan, saya Alvino. Dosen baru kalian. Mengantikan tugas bu lilian yang dipindah tugaskan dari kampus ini” kata makhluk tersebut yang segera mendapat sambutan hangat dari semuanya. Terlebih dari para mahasiswi. Secara tampang dosen baru ini benar – benar mengiurkan.

“Baiklah, sebelum kita mulai pelajaran, mungkin ada diantara kalian yang ingin bertanya?”.

Kasih segera mencibir sinis kearah teman – temannya saat mendapati hampir semua teman – teman ceweknya mengangkat tangan.

“Pak, sudah punya pacar belom?” tanya Thalita yang langsung mendapat pelototan tajam dari Ardian , Calon pacarnya . (Baca cerita pendek mungkinkah)

Pak Alvino tampak tersenyum menanggapinya.

“Jujur saja untuk saat ini masih belum. Jadi bagi yang berminat di persilahkan. Pendaftaran masih terbuka kok” Canda pak Alvino menanggapi.

Sontak terdengar sorakan riuh.

“Persaratannya apa pak” tanya yang lain ikut – ikutan.

“Yang pertama dan paling utama. Wajib, kudu dan harus ‘Perempuan’ pastinya."

“Ha ha ha...” Tawa seisi kelas koor.

Cinta juga ikut tertawa. Wah ternyata nie dosen asik juga, pikirnya.

“Terus pak, punya nomor hape enggak?”.

“Nomor punya, tapi hapenya enggak. Tertarik untuk membelikan?” Balas pak Alvino yang lagi lagi di sambut tawa.

“Ah bapak bisa aja nie becandaannya” Kata sang penanya terlihat salah tinggkah sambil mengaruk – garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Baiklah, punya kok. Kenapa memangnya?” tanya pak Alnino lagi.

“kalau gitu boleh minta nomornya donk pak?”.

“Yah jangan donk. Satu – satu nya juga” balas Pak alvino pura – pura pasang tampang serius.

“Ah bapak pelit nie. Padahal walau kita minta kan nggak abis juga. Lagian siapa tau nantinya ada urusan penting gitu. Jadi kan gampang menghubunginya pak” Rayu Mahasiswi yang lainnya.

“Iya deh, boleh” Pak Alvino akhirnya ngalah.

“Nah gitu donk. Bapak asik deh” kata candy yang merasa mendapat tanggapan baik, Yang lain juga ikut – ikutan mengeluarkan hapenya masing – masing. Siap ikutan nyatat.

“Nomorny berapa pak?”

“12” Balas pak Alvino sok polos.

Gubrak, ini dosen beneran koclak.

“Yah bapak. Kita nanyakan nomornya berapa. Bukan jumlahnya” Kata Tania bernada protes, Sementara pak Alvino hanya menanggapi dengan senyum manisnya.

“He he he, Bercanda. Ya sudah sekarang kalian catat baik – baik ya."

“Siap pak” Kata Laura cepat yang ternyata dari tadi ia memang sudah stanbay dengan bb yang ada di tanggannya.

“0852...”

“0852. Oke, terus pak."

“7454.”

“Iya terus...."

“73 secukupnya."

“Wuakakakaka.....”

Lagi lagi tawa membahana memenuhi seisi kelas.

“Lho kenapa kalian malah pada ketawa. Bener kan apa yang saya katakan. Bukannya tadi sudah saya bilang kalau nomornya ada 12. Silahkan kalian tambahkan sendiri. Saya yakin dulu diSD pasti sudah diajarkan tentang penambahan dan pengurangan. Jadi kalian sudah tau donk kurang berapa tu angka” Terang Pak Alvion sambil pura – pura pasang tampang serius tapi justru sebenernya menahan diri untuk tidak tertawa.

Dan sebelum ada yang sempat untuk protes pak alvino sudah terlebih dahulu menambahkan.

“Lagi pula sepertinya waktu bercandaan kita sudah terlalu lama. Sekarang sudah saat nya kita mulai belajar. Oke!!!."

“Yah.......” Nada mengeluh secara koor terdengar.

“Ayo masa generasi mudanya seperti ini. SEMANGAT, OKE!!!” Ulang pak Alvino lebih keras.

“OKE...!!!”.

Sebelum pelajaran benar – benar di mulai kembali terdengar tawa kebersamaan yang membahana.

*** Ketika cinta harus memilih ***

Begitu selesai mengemasi buku – bukunya Cinta segera berniat untuk mengajak kasih pulang bareng. Tapi sebelum mulut cinta terbuka, kasih sudah terlebih dahulu memintanya untuk melihat arah yang ditunjuknya. Melihat Rangga yang sudah stanby menunggunya di depan pintu justru malah membangkitkan rasa kesel di hati Cinta. Saat ini sebenarnya ia sangat malas untuk menemui makhluk yang masih berstatus ‘pacar’nya.

Ingatannya kembali pada kejadian tadi siang. Saat ia tak sengaja mendapati Rangga dan Cisa yang tampak berbicara akrap dikantin. Bahkan sama sekali tidak menyadari keberadaannya yang juga ada di sana. Dan ia juga harus mati – matian memngelabui Kasih yang sibuk ingin tau. Tapi karena tak ingin menimbulkan kecurigaan lebih lanjut dari sahabatnya, Cinta segera beranjak bangun. Berjalan kearah Rangga, namun tak lupa sebelumnya pamit pada Kasih untuk mendahului pulang. Dan Kasih juga hanya membalasnya dengan senyum maklum.

Sesekali Rangga menoleh kearah Cinta yang berjalan di sampingnya tanpa sepatah katapun yang keluar dari dalam mulut. Bahkan ia sama sekali tidak menoleh kearahnya.

“Cinta” Panggil Rangga hati – hati.

“Apa?” tanya Cinta tanpa menoleh.

“Loe baik – baik aja kan?”

“Baik."

“Loe yakin?” tanya Rangga mencoba memastikan.

Cinta menoleh. Menatap Rangga sambil tersenyum yang jelas dipaksakan. Dan ucapan yang dilontarkan dari mulutnya beberapa saat kemudian benar – benar cukup untuk membungkam mulut Rangga.

“Walau seandainya gue dalam keadaan tidak baik – baik saja, itu tetap bukan urusan elo kan?. Jadi berhentilah untuk berusaha selalu mencampurinya."

Langkah Rangga terhenti. Ia juga bingung dengan apa yang ia rasakan saat ini. Ditatapnya punggung Cinta yang mulai terus menjauh.

“Loe mau nganterin gue nggak?. Kalau nggak gue pulang naik bus aja?” pertanyaan Cinta segera menyadarkannya. Dengan cepat kembali dilangkahkan kakinya. Menyusul Cinta menuju kearah motornya di parkir.

Setelah masing – masing mengenakan helm, Rangga mulai melajukan motornya dalam diam.

“Rangga, berhenti sekarang” Kata Cinta tiba – tiba setengah berteriak membuat Rangga kontan merasa kaget. Untung ia bisa mengerem dengan cepat. Jika tidak bisa – bisa mereka celaka.

“Astaga Cinta loe kenapa si?. Ngagetin aja?”.

“Gue turun di sini” Kata Cinta cepat sambil turun dari motor Rangga.

Dengan cepat di bukanya helm dan menyodorkan kearah Rangga yang masih menatapnya bingung. Kenapa Cinta memintanya berhenti sementara rumahnya masih berjarak sekitar 100meteran. Tidak biasanya.

“Mobil bokap gue” kata Cinta menujuk kearah rumahnya seolah paham akan raut yang tergambar di wajah Rangga.

“Ha?” Rangga mengikuti arah terlunjuk Cinta.

Benar saja, tampak ada mobil yang terpakir di kejauhan. Rangga melirik jam yang melingkar di tangganya. Baru jam 4 sore. Kenapa papa Cinta sudah pulang?.

“Ya udah, mending loe cepet pulang” Usir Cinta, Mau tak mau Rangga mengangguk setuju.

“Oke gue pulang dulu. Leo hati – hati ya?” pamit Rangga sebelum berlalu. Cinta juga hanya mengangguk sebelum kemudian melangkah menuju kerumahnya. Tumben banget papanya jam segini sudah pulang?.

Dan pertanyaan itu tidak butuh jawaban seiring dengan jejak kakinya yang menginjak halaman rumah. Suara pecahan barang dari dalam terdengar jelas disusul suara teriakan yang saling bersahutan. Langkah Cinta terhenti. Di helanya nafas untuk sejenak. Selangkah demi selangkah namun pasti. Ia terus bergerak mundur.

*** Ketika cinta harus memilih ***

Sambil merenganggkan otot – otot tubuhnya, Kasih bangkit dari atas Ranjang. Karena kecapean sepulang kuliah ia langsung tidur. Diliriknya jam di atas meja. Pukul 19:15. Pantesan perutnya terasa lapar. Dengan langkah terseok – seok ia menuju kedapur. Bik inah kebetulan pulang kampung, sementara mama dan papanya keluar kota. Jadi jelas ia di rumah sendiri. Karena perutnya beneran laper ia berniat untuk membuat telur dadar saja sebagai makan malamnya.

Dengan ilmu memasak seadanya di kocoknya telur. Tak lupa ditambahkan bumbu ala kadarnya. Sambil menunggu terlur itu mateng diambilnya gelas sekalian coffi mix. Diluar kebetulan hujan deras, jadi dingin – dingin kayak gini memang enak kalau sambil minum kopi.

Suara bel di pintu depan mengagetkan kasih. Siapa yang akan bertamu malam – malam begini disaat ia hanya sendirian?. Tiba – tiba rasa takut langsung merayapi hatinya. Dengan hati – hati agar tidak ketahuan ia melangkah kearah jendela kaca samping untuk mengintip. Dan begitu melihat siapa yang kini berdiri kedinginan sekaligus berbasah – basahan, kasih langsung berlari untuk membukakan pintu.

“Ya Ampun cinta. Leo kenapa?. Kok hujan - hujanan” Kata kasih terlihat panik.

“Maaf ngerepotin. Tapi hari ini aja, boleh nggak gue nginep di sini?” Kata Cinta terlihat mengigil kedinginan.

“Tentu saja, ayo langsung masuk” Ajak Kasih terlihat bingung.

“Oh, e... Loe langsung ke kamar gue aja. Loe bisa pake baju gue sekalian. Ayo...”.
Sambil menunggu Cinta keluar dari dalam kamar mandi, Kasih sibuk memilih – milihkan baju yang kira – kira muat untuk tubuh Cinta. Begitu Cinta muncul segera di berikannya baju tersebut. Untuk pertama kali nya ia Benar – benar merasa miris melihat Cinta yang kacau seperti ini.

“Cinta loe kenapa?” tanya Kasih sambil duduk disamping ranjang. Cinta juga duduk disampingnya sambil mengeringkan rambut yang basah dengan handuk. Sepertinya ia sudah terlalu lama berhujan – hujanan.

“Gue baik – baik aja” Balas Cinta sayu.

“Jangan bohong sama gue. Gue bisa mencium sesuatu yang buruk telah terjadi sama loe."

“Benarkah?. Tapi kenapa gue kok malah mencium bau gosong ya?” Balas cinta Sambil mengendus – endus. Walau pilek tapi sepertinya indra penciumannya masih tajam.

“Astaga, telur dadar gue” Kasih menepuk jidatnya sendiri. Segera bangkit berdiri dan langsung lari kedapur.

Cinta segera menyusul di belakang. Dilihatnya Kasih yang terbatuk – batuk setelah mematikan kompor. Asap sudah hampir memenuhi dapurnya. Untung saja hanya telur dan kualinya yang terlihat gosong total. Bukan kompornya yang meledak.

“Ya ampun kasih. Sudah tau lagi masak kenapa kompornya malah ditinggal dalam keadaan menyala?”.

“Tadi itu gue panik waktu ngeliat elo. Sampe lupa deh” Kata Kasih sambil mengibas – ngibaskan lap tangan untuk mengusir asapnya.

“Yah... sori” Cinta terlihat merasa bersalah.

“Sudah lah .Biasa aja. Loe kayak nggak tau gue yang memamang pelupa aja."

“Kalau gitu biar gue yang masakin deh” Cinta segera berjalan kearah kulkas namun dengan cepat Kasih berdiri menghalanginya.

“Nggak nggak nggak. Loe mending istirahat aja di kamar. Gue tau loe sakit. Muka loe pucet gitu."

“Gue baik – baik aja. Loe tenang aja, lagian...."

Cinta tidak melanjutkan ucapannya saat melihat tatapan melotot dari Kasih. Dengan senyum paksa ia segera kembali berbalik. Melangkah masuk kekamar kasih. Lagipula sejujurnya kepalanya juga benar – benar terasa berat. Tubuhnya juga masih mengigil. Dan Begitu sampai di kamar, ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang. Tanpa sadar matanya langsung terlelap.

To be continue..

Ketemu lagi di part selanjutnnya ya. Gimana kelanjutan kisah mereka berdua. Mau di jadiin cinta segi tiga atau cinta segi empat (????).

Admin LovelyStarNight
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~