Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen Remaja "The Prince ~ 08" {Update}

Oke, sory ya baru sempet benerin. Kemaren lupa soalnya...



Hufh. Jadi Jimmy sudah tau siapa aku sebenernya. Tapi untunglah tu anak masih bisa aku ajak kerja sama. Coba kalau nggak. Dia laporin aku ke kakek misalnya. Bisa – bisa aku langsung di seret pulang, terus di kawinin deh. Ih, nggak banget.

Ehem, kalau di pikir – pikir aku mau sampai kapan ya kayak gini terus. Masa ia aku maen kucing – kucingan terus sama kakek. Tapi kalau langsung nyerah kan nggak etis juga. Secara udah terlanjur basah . Cuma ngomong – ngomong, gimana sama kabarnya my prince ya?. Apa mungkin kakek bisa nemuin dia?. Terus kalau seandainya kakek bisa nemuin dia, Apa aku siap di jodohin Ya kalau wajahnya keren plus imut kayak lee seung gi (???), Kalau malah jelek kayak pangeran kodok. Gimana donk?. Ah pusing.

Belum lagi masalah Kevin selesai, eh malah di tambah masalah baru. Mending jangan di pikirin aja deh.


Cerpen Remaja "The Prince ~ 08"

"Hei, sibuk nggak?" tanya Kevin sambil menepuk pundak andre yang tampak sedang menyusun susunan buku di hadapannya.

"eh, elo kev. Kenapa?".

"Kok muka loe muram gitu?. kenapa?" tanya Kevin yang melihat Andre tak semangat tanpa berduli sama sekali akan pertanyaan yang terlempar padanya.

"Nggak. Gue baik - baik aja kok".

"Bener nie?" Kevin masih tak yakin. Tapi lagi - lagi andre hanya mengangguk tanpa menoleh.

"Oh ya, gimana kalau nanti siang gue ajak loe jalan. Mau ya?. gue pengen kenalin loe sama temen - temen gue".

"Gue nggak bisa".

"Loe kenapa si?. kok tumben banget nggak semangat gitu. Lagi ada masalah?".

"Udah di bilang nggak kenapa - napa juga. Lagian gue masih harus kerja. Sori gue jalan dulu" Andre segera berbalik sambil menepis tangan kevin yang berusaha menahannya.

Dengan kening sedikit berkerut kevin terus memperhatikan tingkah laku andre. Entah kenapa dadanya terasa sesak seolah setok oksigen menipis saat melihat Andre malah tertawa pada seorang cowok lain yang tak di kenalnya.yang membuatnya sedikit heran kenapa cowok itu mengunakan seragam yang sama seperti andre?.

"Oh, namanya revan. Dia karyawan baru disini. Baru kemaren mulai masuk" sahut Prisilia, karyawan toko buku itu juga, saat kevin bertanya tentang sosok yang tak di kenalnya tersebut.

"O" Kevin hanya beroh ria sambil berlalu pergi.

Cerpen Remaja "The Prince ~ 08"

"Andre, loe pulang bareng gue" Kata Kevin sambil menarik tangan andre yang saat itu sedang berjalan beriringan bersama revan sepulang kerja.

"Ha?. kenapa?" tanya andre heran sambil menoleh kearah kevin yang sedang melemparkan tatapan pada revan.

"Sejak kapan gue ngajak loe pulang bareng harus pake alasan?" sindir Kevin.

"Siapa and?" tanya Revan lirih.

"Oh dia. kenalin Namanya kevin. Adiknya bos kita. Kak vera. Kev, kalau dia revan. Temen sekolah gue dulu".

"o... kenalin gue revan" kata revan sambil mengulurkan tangan. Sejenak kevin hanya menatapnya sinis tanpa menyambut uluran tangan tersebut. kemudian berbalik menatap andre tanpa melepaskan gengaman tangannya.

"Ayo kita pergi" kata kevin sambil menarik tangan pergi.

"Loe apa - apaan si" bentak andre setelah berhasil melepaskan diri.

"Kok loe jadi aneh gitu si?" tanya kevin.

"Justru menurut gue elo yang aneh. Memang nya elo kenapa?" andre nggak terima.

"Gue nggak suka loe deket - deket sama anak baru itu".

"What?. Nggak salah?"

"Pokoknya gue nggak suka. Elo harus ngejahuin dia"

"Gila loe. Dia itu temen gue. Kenapa juga gue harus ngejahuin dia. Dan satu lagi, loe nggak punya hak sama sekali buat ngatur hidup gue" Kata andre sambil berbalik kearah revan meninggalkan kevin yang masih berusaha menahannya.

Cerpen Remaja "The Prince ~ 08"

"Minggir loe".

Refleks aku menoleh. Keningku sedikit berkerut heran. Tapi bukan karena Ucapan dengan nada memerintah kevin, Justru ini karena raut wajah kevin yang jelas terlihat kusut. Kenapa lagi sama nie anak.

"Kalau gue bilang minggir ya minggir" Kali ini bentakan yang ku dapatkan karena masih belum beranjak dari bangku kantin di kampus kami.Untuk sejenak aku menarik nafas sebelum kemudain bangkit berdiri.

"Pesenin gue minuman?".

"HA?" ujar ku kaget. Nggak salah. Nie anak kembali berani merintah gue?.

"Loe budek ya. Buruan pesenin gue minuman!".
Sepertinya bukan cuma aku yang keheranan tapi teman - temannya juga. Terbukti dengan tatapan kebingungan yang terukir di wajah mereka.

"Loe berani merintah gue?" Geram ku tak terima.

"Di dunia ini nggak ada yang gue takutin. Yang gue tau, semua harus nurut sama gue. Jadi kalau gue perintahin elo buat ngambil pesenan gue. Loe harus ambil. Ngerti".

"Kalau gue nggak mau?" tantang ku nggak kira - kira.
Aku tau. Kali ini kevin pasti beneran sedang ada masalah yang membuatnya kacau begitu. Tapi apa?. Kenapa dia jadi aneh begini?. Tapi tetap saja aku tidak bisa tunduk pada perintahnya.

"Jadi elo juga berani mengabaikan gue juga. Berengsek" Geram kevin sambil mendorong tubuh ku.

Hampir saja Tubuhku mendarat di lantai kalau saja tidak ada sepasang tangan yang menahanya. Setelah berbalik tenyata Jimmy yang sedang melemparkan tatapan tajam kearah Kevin.

"Eh jangan jadi banci donk. Beraninya sama cewek" Kali ini Bentakan junior yang terdengar sambi gantian mendorong tubuh Kevin menjauh.

"Heh, Apa barusan loe bilang. Gue banci?" Geram Kevin.

"Ia. BANCI" Balas Jimmy dengan penuh penekanan.

Aku hanya mampu menutup mulutku saat melihat sebuah tonjokan yang terarah ke wajah Jimmy walau pun dengan cepat bisa di tangkisnya bahkan bisa menyerang balik yang membuat kevin jatuh di lantai.

"Jimmy cukup. Hentikan. Loe apa-apaan si?!" tahan ku sebelum pukulan untuk kedua kali nya mendarat di wajah kevin.

“Loe nggak perlu belain dia”.

“Ini bukan masalah di bela atau nggak. Tapi ini kampus, kenapa si harus pake acara berantem segala?”.

“Oke” Syukurlah akhirnya Jimmy mau ngalah. Kalau nggak nggak tau deh gimana nasip Kevin selanjutnya.

“Dan loe kev, kayaknya loe emang nggak di takdirin terlahir sebagai cowok tulen deh (???). Sampai – sampai harus di belain cewek segala. Jangan – jangan selain B-A-N-C-I, loe juga seorang G…”.

“Gue cowok Normal!!!” Potong Kevin membentak.

Atau lebih pantes di sebut berteriak kali ya?, Sehingga mengagetkan seluruh penghuni kantin. Tapi sepertinya itu juga belum cukup mengagetkan. Kejadian yang selanjutnya jauh lebih di luar dugaan. Semuanya hanya mampu menatap dengan pandangan cengo dan mata melotot. Sementara aku?, Waktu seakan terasa berhenti. Kejadian ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Mustahil… Kevin tidak mungkin melakukannya. Baiklah, sepertinya aku memang sedang bermimpi. Ya ini pasti hanya mimpi. HARUS!!!.

Next to cerpen remaja The Prince Part ~ 09