Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kumpulan Cerpen "Tentang Rasa ~05" {Update}

Beneran deh, Cerpen Tentang rasa kali ini tampilnya maksa banget. Soalnya Penulis sendiri nggak yakin kalau dalam beberapa hari ini masih bisa ngurus blog lagi. Secara dunia nyata beneran sudah menyita begitu banyak waktu, tenaga dan pikiran juga. Okelah dari pada gak jelas langsung baca aja.

Part sebelumnya:
-} Cerpen tentang rasa part 4


Lama alan termenung sendirian. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 12:00 malam lewat. Tapi matanya sama sekali belum bisa terlelap. Kejadian demi kejadian yang terjadi selama beberapa waktu ini benar-benar menganggunya. Mulai dari perhatian anggun padanya, penolakannya, sampai pada tatapan lelah dan kecewa Anggun yang ia dapatkan tadi siang. Dan yang paling membekas di hatinya adalah ucapan Anggun tentang menyadari betapa berhargganya sesuatu justru setelah kehilangan’.

Alan akui sikap anggun memang berbanding balik darinya. Gadis itu bisa dengan gampang menyampaikan isi hatinya. Sementara ia sendiri sudah terlanjur terjebak kedalam kesalahan di masa lalulnya. Rasa bersalah dan penyesalah yang selama ini terus menghantui hidupnya. Lantas apa yang harus ia lakukan?.

Cerpen Tentang Rasa

“Hufh… Pelan-pelan donk kak. Perih tau” keluh Salsa saat obat merah itu diteteskan keatas luka di kakinya. Luka yang ia dapat karena kurang hati – hati saat belajar motor sendirian yang mengakibatkan ia malah terjatuh saat berbelok di tingkungan kompleksnya.

“Cuma dikit juga. Makanya kalau belajar itu hati – hati. Untung Cuma lecet kalau sampai kenapa – napa gimana?”.

Bukannya takut atau sadar, salsa justru malah tersenyum senang. Karena berkat incident yang dialaminya justru kini ia bisa dekat dengan idolanya.

“Salsa…!!!. Salsa…!!!. Loe dimana?”.

Teriakan cempreng meng'pause' mulut salsa yang sudah siap terbuka.

“Salsa…!!!” terdengar teriakan sekali lagi. “Dimana si tu anak?”.

“gue disini kak. Di ruang tengah” Balas Salsa datar. Nggak perlu teriak juga kakaknya pasti dengar. Secara rumah mereka kan nggak gede – gede amat.

“Salsa, loe nggak kenapa – napa kan?. Tadi ada yang bilang loe nabrak makanya kakak buru – buru pulang. Kok bisa si?. Terus apanya yang luka?” Pertanyaan bernada khawatir keluar memberondong dari mulut Anggun.

“Ih kakak, lebai banget si. Gue nggak kenapa – napa juga. Malu – maluin” Gerut salsa yang langsung mendapat jitakan di kepalanya.

“Malu – maluin kepalamu. Nggak tau apa jantung gue kayak mau copot denger tu berita tadi. Lagian ngapain juga gue harus malu sama loe”.

“Ehem…”.

Refleks Anggun menoleh. Terkejut saat mendapati senyum di wajah Alan yang duduk tak jauh darinya dengan obat merah di tangan. Karena tadi terlalu panic, anggun jadi tidak menyadari kehadirannya.

“Alan kok loe bisa ada di sini?” Tanya anggun beberapa saat kemudian.

“Ye ela kak, Telat banget nyadarinya. Dia yang bantuin gue kali”.

“O…” Anggun mengangguk – angguk.

Tak beberapa saat kemudian papa sama mama pulang. Saat keduanya bertanya – Tanya pada alan justru anggun malah beranjak dari duduknya. Tak tertarik sama sekali untuk ikut bergabung. Meninggalkan alan yang menatap kepergiannya diam - diam.

Cerpen Tentang Rasa

Setelah sekian lama asik bemain dengan asumsi nya sendiri akhirnya anggun nekat menghampiri alan yang sedang duduk termenung sambil menatap lalu lalang jalan didepan kampusnya.

“Al, Gue bolah ngeganggu loe bentar gak?” Sapa Anggun. Sejenak ia terdiam menanti reaksi alan, sedikit terkejut saat Alan justru menawari duduk disampingnya.

“Kenapa?”.

“E…. Soal kemaren. Gue nggak tau gimana ceritanya loe bisa ada di waktu adek gue jatuh, yang jelas gue mo bilang ma kasih sama loe karena loe udah nolongin adek gue”.

“O sama – sama. Lagian itu Cuma kebetulan aja kok pas gue lewat”.

Untuk sejenak keduanya saling terdiam.

“Sebenernya gue juga pengen minta maaf. Selama ini gue udah sering nyusain loe. Tapi gue janji mulai detik ini gue nggak akan ngeganggu hidup loe lagi” Sambung anggun lirih. Alan menoleh, Tertegun menatap Anggun yang tetap menunduk memperhatikan rumput –rumput dikakinya.

Jujur saja, saat ini Alan juga bingung untuk berkata apa sehingga keduanya kembali terjebak kedalam kebisuan.

“Ya udah, Gue juga Cuma mau ngomong itu aja kok. Kalau gitu gue pamit dulu ya” kata anggun sambil beranjak bangun. Tapi belum juga lima langkah ia berlalu, pernyataan alan Menghentikannya.

“Bagaimana kalau dalam kenyataannya gue adalah orang yang seperti loe katakan?”.

“Maksut loe?” Tanya Anggun sambil berbalik.

“Bagaimana kalau dalam kenyataannya gue termasuk kedalam orang yang baru menyadari sesuatu setelah kehilangan?” Sahut Alan Sambil menatap lurus kewajah anggun.

“Menurut loe apa yang harus gue lakukan kalau rasa bersalah dan penyesalan terus menghantui hidup gue?” Sambung alan Lagi. Anggun masih tetap terdiam. Mencoba mencerna. Entah kenapa ia menangkap ada luka di setiap patah kata yang didengarnya.

“Apa yang loe bilang kemaren benar – benar menginggatkan gue akan kesalah yang pernah gue lakuin. Dulu gue pernah kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup gue hanya karena sebuah permainan yang sangat bodoh”.

“Sorry, Gue nggak tau” Balas Anggun lirih.

“Lantas apa yang harus gue lakuin kalau semuanya sudah terlanjur?” Sambung Alan terdengar putus asa.

“Gue…. Gue juga nggak tau. Gue juga nggak bisa bayangin kalau gue yang ngalamin itu” Balas anggun bingung sekaligus merasa bersalah. Sementara alan tetap menunduk. Berusaha menahan sesuatu agar tidak jatuh dari matanya.

“Sekali lagi gue minta maaf kalau sikap gue selama ini ternyata nyakitin loe. Tapi beneran gue nggak pernah niat bikin kayak gitu. Tapi seperti yang gue bilang tadi. Gue akan penuhi janji gue buat pergi jauh – jauh dari hidup loe. Gue nggak akan pernah ganggu loe lagi” Untuk sejenak anggun terdiam. Tapi disudut hatinya yang paling dalam ia benar – benar merasa bersalah. “Cuma Al, kalau gue masih boleh ngasih saran, ‘Jangan pernah lakukan kesalahan yang sama dua kali” sambung Anggun sebelum kemudian berlalu pergi Meninggalkan alan terpaku sendirian.

Lama alan terdiam. Mencoba mencerna setiap patah kata yang keluar dari mulut anggun barusan. Anggun…!. Tu anak memang kadang suka rada – rada. Tapi tidak bisa di pungkiri ucapannya ada benarnya. Setelah memantapkan hatinya ia berbalik. Menatap punggung anggun yang terus melangkah menjauh meninggalkannya. Namun Kali ini jantung alan benar – benar terasa berhenti mendadak. Waktu seakan berhenti saat ia melihat Anggun yang terus berjalan menunduk dengan pikiran kosong tanpa menyadari sebuah truk melaju kencang kearahnya.

Alan diam terpaku. Ini benar – benar dejavu untuknya. Bukan kah dulu Tifani pergi dengan cara yang sama?. Bukankah tifani pergi tanpa mendengar kata maaf dari nya?. Bukankah tifani pergi juga karena ke bodohannya. Meninggalkan berjuta penyesalan dalam hidupnya?. Bahkan di depan mata kepalanya sendiri?. (Baca Cerpen Remaja Rasa yang Tertinggal part 4).

“Jangan lakukan kesalahan yang sama dua kali”.

Kata itu menyadarkannya. Menyadarkannya kembali ke alam nyata. Memaksanya berusaha untuk mengubah takdir. Dengan sekuat tenaga ia berlari sebelum sebuah benturan terjadi. Samar – samar ia mendengar teriakan orang – orang di sekelilingnya sebelum kemudian semuanya gelap.

To Be Continue

Gimana giman gimana….? *ayu ting ting mode on*.

He he he…… Maklum, Star night lagi demen ngegalau nie jadi bawaan nya pengen bikin yang sad mulu……kha kha kha *ketawa setan*. Kalau pada mau tau kenapa jadi kayak gini nie , maka tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Plaks, salah. maksutnya tanyakan saja pada jhon jilidsatu. Ini asli idenya dia. Di yang minta alan ditabrak, terus di matiin. huwahahahaha, ternyata 'dia' beneran sadis. Peace 'V'.
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~