Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 02 / 22

Mumpung ide untuk Kazua mencari cinta bagian kedua udah ada so kita langsung lanjut ke cerita aja ya. Ngarep aja deh, untuk kedepannya ide tetep lancar. Jadi yang udah penasaran sama jalan ceritanya, mendingan langsung baca. Oke Pren?...

Oh iya, biar nyambung sama jalan ceritanya. Buat temen temen semua, mendingan baca dulu bagian sebelumnya yang kebetulan untuk mempermudah udah pake pintu kemana saja (???) ala admin yaitu disini.

Kazua Mencari Cinta

Keesokan harinya, dengan berat hati Kazua bangkit dari ranjangnya. Kakinya masih terasa sakit padahal tadi malam sudah ia kompres. Mengingat itu mau tak mau Kazua jadi merasa sedikit menyesal dengan apa yang ia lakukan. Kenapa ia jadi bodoh begitu dengan menyiksa diri sendiri.

Namun siring dengan penyesalan itu, Kazua juga merasa lega. Rasa sakit di kakinya itu kan gara gara Latief. Membuatnya jadi mempunyai alasan untuk membenci pria itu. Merutuki keberadaanya bahkan saat ia baru mulai membuka mata. Dan dengan begitu siapa tau rasa suka yang ia punya akan segera menghilang.

Setelah mandi, Kazua segera siap – siap. Hari ini hari senin, masih ada apel pagi yang harus ia lakukan. Ia harus cepat jika tidak ingin terlambat. Karena jika sampai itu terjadi, bisa – bisa ia harus kembali mengelilingi lapangan. Bukan atas kemauan tapi sebagai hukuman. Hukuman yang selalu di berikan oleh pak Lukman, guru olah raga di sekolahnya jika sampai kedapatan ada siswanya yang tidak mengikuti aple bendera. Tidak, Kazua tidak akan sanggup melakukannya. Setidaknya untuk saat ini. Sehingga yang di lakukannya kali ini hanyalah bergegas.

Selang beberapa saat kemudian, Kazua sudah berada di halaman sekolah bersama ratusan siswa lainnya. Bersiap untuk memulai apel bendera. Keysia sendiri berdiri tepat di sampingnya sembari menatapnya heran.

“Kenapa si loe sedari tadi natapin gue kayak gitu?” tanya Kazua merasa risih.

“Kaki loe kenapa? Kok kayak kesakitan gitu?” bukannya menjawab Keysia justru malah balik bertanya.

“Tentu saja, gue abis ngelilingin lapangan bola kemaren gara gara cowok yang gue deketin malah nasir sama loe,” balas Kazua yang tentu saja hanya dalam hati. Terlebih ketika matanya sendiri menemukan sosok Latief yang berdiri tak jauh di darinya. Melihat hal itu mana mungkin Kazua akan mengaku. Konyol.

“Something happen," balas Kazua tanpa minat. Keysia mengernyit, sebelum gadis itu kembali bertanya Kazua menunjuk kedepan. Wali kelasnya lewat tepat di hadapan mereka. Terlebih upacara juga sudah siap untuk di mulai.

Begitu upacara selesai, dengan masih tertatih – tatih Kazua melangkah menuju kekelas. Keysia sendiri berjalan mengiringi di samping sembari mengernyit heran. Sahabatnya belum menceritakan apa yang terjadi. Tapi ia yakin ada yang salah.

“Kazua, loe kenapa?”

Keysia dan Kazua refleks menoleh, dan Kazua hanya mampu menghembuskan nafas lelah ketika melihat Latief berdiri tepat di belakangnya.
“Eh, Latief. Pagi…” sapa Keysia sambil tersenyum manis yang tentu saja segera di balas hal yang sama oleh Latief. Kazua yang sedari tadi mengamati tak mampu mencibir sinis melihatnya.

“Kok loe jalannya aneh gitu. Kaki loe sakit ya?” tanya Latief kemudian kembali beralih kearah Kazua.

“Iya,” balas Kazua singkat.

“Kenapa?”

“Pake nanya lagi. Kan gara – gara loe,” balas Kazua lagi yang tentu saja masih dalam hati karena yang ia lakukan hanyalah angkat bahu. Ia tidak ingin berbohong namun pada saat yang sama juga mustahil untuknya berkata jujur. Jadi pilihan apa lagi yang bisa ia lakukan selain terdiam.

“Jangan bilang kalau loe lari keliling lapangan?” tebak Keysia yang membuat Kazua menoleh kaget.

“Keliling lapangan?” ulang Latief.

“Oh bukan. Cuma ada something gitu. Udah deh, kekelas yuk. Udah bel tuh, telat lagi kita,” potong Kazua mengalihkan perhatian. Walau masih tidak puas, tak urung Keysia mengangguk membenarkan. Setelah berpisah dengan Latief yang memang beda kelas, keduanya segera melanjutkan langkahnya.

“Stt, loe kenapa?” tanya Keysia sambil terus melangkah.

“Yee, udah gue bilang juga gue nggak kenapa – kenapa. Orang gue cuma….”

“Maksut gue sama Latief, kok gue liat ada yang beda. Kesannya loe malah mo ngehindari dia?” potong Keysia lagi.

Kazua menghentikan langkahnya. Jangan bilang kalau mereka akan menjadikan Latief sebagai topic pembicaraan kali ini? Kalau benar, terus ia harus menjawab apa nantinya? Masa ia harus ngaku kalau pria itu tidak menyukai dirinya justru malah menyukai sahabatnya. Setelah berfikir sejenak akhirnya Kazua lebih memilih mengeleng dan mempercepat langkahnya dengan alasan sang guru telah tiba di depan kelas.

Saat istirahat seperti biasa K’sahabat menghabiskan waktu di kantin sekolah. Apa lagi yang di lakukan kalau bukan untuk menikmati makan siang atau sekedar menikmati semangkok bakso.

“Eh, Kazua. Coba liat deh. Loe kenal nggak sama tu anak. Kayaknya anak baru deh, atau gue yang baru liat?” kata Keysia sambil memberi isarat kepada Kazua untuk melihat kearah yang di maksut.

Kazua tidak langsung menjawab, namun tak urung tatapannya tertuju mengikuti arah lirikan Keysia. Keningnya sedikit mengernyit tanda ia sedang berpikir. Sepertinya ia mengenali anak itu, tapi di mana ya?

“Anak baru? Kayaknya bukan deh. Soalnya wajahnya familiar gitu menurut gue,” bantah Kazua sebelum kemudian kembali beralih kearah kertas menu.

“Masa sih? Kok kayaknya gue baru liat ya?” bantah Keysia setengah bergumam. Kazua sendiri hanya membalas dengan angkat bahu. Tidak tertarik untuk membahas masalah itu lebih lanjut.

Sepulang sekolah, dengan segera Kazua melangkah munuju kearah halte bus sekolah. Bersiap – siap untuk pulang. Berhubung ia dilahirkan bukan dari anak orang kaya memang membuatnya harus pulang – pergi sekolah dengan bus. Untungnya rumah nya juga tidak terlalu jauh, dan jalur yang di lewati juga pas.

Setelah berpisah dari Keysia yang di jemput oleh kakaknya, Kazua segera melangkah masuk. Memilih kursi di pojokan di samping jendela agar tidak terlalu pengap. Setelah duduk PeWe ia segera mengeluarkan headset dari dalam tas. Bersiap untuk mendengarkan music, tak lupa di keluarkannya sebuah sapu tangan dari dalam saku guna menutupi wajah. Apalagi kalau bukan untuk tidur – tiduran.
Selang beberapa saat kemudian bus mulai berlalu, Kazua juga mulai tengelam dalam alunan music yang mengalun di telinganya. Sama sekali tidak perduli dengan sekitar. Terlebih dengan angin sepoi sepoi yang mampir dari jendela yang terbuka, benar – benar komposisi yang pas untuk mengantar kealam mimpi. Sayangnya ia tidak bisa benar – benar tidur. Karena itu bisa berbahaya. Yang ia lakukan hanyalah memejamkan mata sembari sekali – sekali mengintip keluar jendela. Memastikan kalau ia tidak akan keterusan nantinya.

Tepat di pemberhentian bus dekat kompleks rumahnya, Kezua segera bangkit berdiri. Bus juga sudah berhenti. Serpertinya ada penumpang lain yang juga turun. Tak terlalu peduli, Kazua langsung melangkah turun.

“Kazua?”

Merasa ada yang memanggil namanya, Kazua refleks menoleh. Mendapati sosok yang baru saja menyapanya. Keningnya sedikit mengernyit tanda ia sedang berpikir. Tepat nya sedang mengingat – ingat siapa sosok tersebut. Dari seragam yang di kenakan sepertinya mereka berasal dari sekolah yang sama, tapi dari wajah kenapa ia lupa ya. Tunggu dulu, sepertinya ia ingat pernah bertemu. Tapi di mana ya?

“Sory. Emp, loe siapa ya?” akhirnya Kazua milih bertanya.

Sosok tersebut tidak langsung menjawab. Justru matanya malah balik menatap heran juga ragu. “Loe Kazua kan?” bukannya menjawab, ia malah balik bertanya. Walau masih tidak mengerti, Kazua tetap mengangguk membenarkan.

“Dan loe punya saudara kembar,” sambung Pria itu lagi.

“Ha?” Kazua mangap. Kembar dari mana. Jelas – jelas ia anak tunggal. Dasar ni orang sotoy. Namun belum sempat Kazua membalas, pria itu sudah terlebih dahulu menambahkan.

“Soalnya kemaren gue liat kembaran loe lagi lari keliling lapangan 30 kali kayak orang gila,” selesai berkata pria itu segera berlalu meninggalkan Kazua yang masih berdiri di tempat yang sama. Sibuk mencerna dengan apa yang baru saja di dengarnya.

Kembaran? Keliling lapangan? Tunggu dulu. Sepertinya ia sudah mulai ingat sekarang. Pria itu kan orang yang bantuin dia kemaren sekaligus orang yang di liat Keysia tadi. Astaga, kenapa ingatannya buruk sekali. Pantas saja ia merasa kenal. Kan kemaren ia sudah kenalan. Bodoh – bodoh.

Dan ngomong – ngomong soal kenalan. Ia juga lupa tu orang namanya siapa. Jadi ketika ia berniat untuk memanggil, mulutnya kembali tertutup. Otaknya kembali ia gunakan untuk mengingat – ingat, sayang ia masih tidak menemukan jawaban.

“Hei, loe. Tunggu dulu,” akhirnya Kazua memilih berteriak karena pria itu sudah terlanjur meninggalkannya. Berniat untuk mengejar, Kazua justru malah berjalan pelan. Kakinya masih terasa sakit. Lagi pula ia masih punya hari esok. Terlebih mereka juga sepertinya satu sekolah.

Bersambung ke part selanjutnya ke Kazua Mencari Cinta Part 03

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

Post a Comment for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 02 / 22"