Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 01 / 22

Sebelumnya admin udah muncul dengan cerpen kenalkan aku pada cinta kan? Nah kali ini admin muncul lagi dengan cerita terbarunya. Tema nya kayanya masih sama dan sebangun deh sama cerpen tersebut, cuma jalan ceritanya tetep beda. Yups, 'Kazua mencari cinta'. Soal gimana ceritanya, lanjut baca ke bawah aja deh. Oke guys...

Dan ngomong - ngomong ide awal cerita muncul dari lagu yang di jadiin backsound sekaligus di jadikan temen pas online. Tepatnya lagunya Letto, ruang rindu. Sodorin google aja deh buat yang pengen tau lagunya. Oke, just that sekilas infonya. Happy reading.....

Kazua Mencari Cinta

Untuk kesekian kalinya Zafran kembali melirik jam yang melingkar di tangannya baru kemudian kembali menatap kedepan. Senyum kagum sekaligus tidak percaya tergambar di wajah saat pandangannya terjurus kearah seorang gadis yang sedang berlari mengelilingi lapangan bola kaki yang berada tak jauh darinya. Ia yang tadinya hanya iseng untuk jalan – jalan menjelajah daerah baru yang kini akan menjadi tempat tinggalnya tak sengaja terhenti pada lapangan bola tersebut. Merasa heran ketika mendapati seorang gadis yang sedang berlari mengelilingi lapangan. Dan heran itu berubah menjadi rasa kagum ketika menyadari kalau sudah lebih dari setengah jam berlalu, bahkan ia juga sudah tidak tau berapa kali gadis itu telah berlari mengelilinginya, tapi tetap saja tidak terlihat tanda – tanda akan berhenti. Walau raut lelah jelas tergambar di wajahnya. Terbukti dengan langkahnya yang semakin melambat dengan kaki terseok – seok namun tetap saja memaksakan diri untuk berlari. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu, entah lah.

“30,” seiring dengan teriakan yang terlontar, Zafran mendapati gadis itu jatuh terduduk dengan napas ngos – ngosan. 30? Jangan bilang kalau ia sudah mengelilingi lapangan itu sebanyak 30 kali? Untuk apa? Dasar gila. Apa ia berniat untuk menjadi atlet lari? Sepertinya memang begitu.

Berniat untuk segera berlalu, langkah Zafran justru malah berlahan menghampiri ketika melihat gadis itu yang terjatuh ketika berniat untuk melangkah. Mungkin kakinya terasa sakit. Dan sebelum ia kembali jatuh untuk kedua kalinya, Zafran dengan segera menangkap tubuhnya. Menahanya agar tetap berdiri tegak.

“Dasar bodoh,” seiring dengan kalimat yang meluncur dari mulutnya, tatapan heran segera ia dapatkan. Saat itulah Zafran baru menyadari kalau gadis itu memiliki mata yang sipit namun terlihat tajam. Kontras dengan bibirnya yang mungil dengan kulit yang mulus tanpa jerawat. Ditambah rambutnya yang di kucir satu walau tanpak sedikit awut awutan. Zafran yakin kalau ‘sedikit’ saja di permak, gadis itu pasti terlihat cantik.

“Loe…?”

“Zafran,” potong Zafran tanpa di minta. Namun bukannya mengerti kerutan bingung dikeningnya justru malah bertambah. Baiklah, Zafran tau kalau gadis itu tidak berniat untuk bertanya tentang namanya tapi entah kenapa tiba – tiba ia merasa ia harus menyenyebutkannya.

“Kalau loe?” tanya Zafran lagi.

Gadis itu tidak langsung menjawab. Tatapannya juga masih terjurus kearah Zafran yang masih tidak melepaskan cengkeramannya. Kelihatannya ia benar – benar heran. Namun walaupun begitu mulutnya tetap terbuka.

“Kazua, nama gue Kazua.”

“Kazua? Nama yang bagus,” komentar Zafran tulus baru kemudian menambahkan. “Jadi Kazua, loe bisa kasih tau alamat rumah loe dimana? Sebelum kemudian loe malah pingsan tanpa tau harus gue bawa kemana nantinya.”

Kesel, marah, patah hati, frustrasi semua membaur menjadi satu. Membuat Kazua merasa sangat ingin untuk membanting sesuatu. Tapi karena merasa kalau ia akan menyeseali melakukan itu pada barang – barang yang ada di kamarnya, Kazua lebih memilih menuju kearah rak sepatu. Mengenakan sepatu sport yang ia punya baru kemudian berlari kearah lapangan bola yang berada tak jauh dari rumahnya.

Berlari mengelilingi lapangan. Itu adalah hal yang sudah sekian lama ia lakukan jika suasana hatinya sedang buruk. Tak terkecuali hari ini. Berniat untuk mengakhiri masa jomblonya, Kazua setuju mengikuti saran Keysia untuk dekat dengan Latief, kakak kelas yang beberapa waktu ini cukup dekat dengannya terkait dengan kebersamaan mereka dalam menyusun rencanan liburan sekolah beberapa waktu yang lalu.

Awalnya semua berjalan lancar. Latief benar – benar menujukan perhatian padanya. Membuat Kazua yakin kalau pria itu juga menyukainya sebelum kemudian justru dihempaskan kenyataan ketika Latief terang – terangan mengatakan kalau ia dekat dengannya karena ingin tau soal Keysia. Bahkan dengan santai meminta bantuan pada dirinya untuk bisa dekat dengan gadis itu karena ia menyukai sahabatnya. Apalagi yang bisa Kazua katakan selain menjawab jujur kalau sahabatnya itu sudah punya pacar anak kuliahan.

Sambil terus belari, Kazua terus mengutuk dalam hati. Pada putaran kedua puluh ia merasa kalau kakinya sudah hampir mati rasa, tapi ia tetap mencoba untuk terus belari. Target hari ini adalah tiga puluh putaran. Itu ia lakukan untuk mengingatkan diri sendiri agar tidak lupa dengan hari itu. Agar ia sadar kalau kaki sakit yang akan ia dapatkan nanti masih lebih sakit dari pada yang menimpa hatinya. Terkesan bodoh memang, tapi yah memang begitulah dirinya.

“30,” dengan sisa sisa tenaga yang ia punya, Kazua mencoba berteriak sekuatnya. Dan kali ini, kakinya terasa seperti jelly yang tak mampu menahan berat tubuh. Membuatnya jatuh terduduk di pinggiran lapangan dengan napas yang ngos – ngosan.

Sakit? Tentu saja kakinya terasa sakit. Bahkan Kazua sendiri ragu kalau ia bisa pulang kerumah dengan selamat. Setelah sedikit menetralkan detak jantungnya, Kazua mencoba bangkit berdiri. Seperti yang di duga, tubuhnya kembali ambrug ketanah. Kakinya benar – benar terasa sakit. Dan kalau boleh ia mengakui rasa sakit itu mungkin sedikit lebih besar dari pada sakit hatinya. Tak tau apakah ia harus bersukur atau malah menyesali apa yang ia lakukan.

Terlebih dahulu memijit kakinya, Kazua kembali mencoba berdiri. Oh tidak, demi apa kakinya benar – benar terasa sakit. Mau tak mau ia kembali menyumpahi Latief dalam hati karena telah membuatnya melakukan hal bodoh itu. Tapi sebelum kemudian ia kembali jatuh terhuyung ke bawah, sebuah tangan tahu tahu sudah menopang tubuhnya.

Merasa heran sekaligus kaget, Kazua segera menoleh. Detik itu juga tatapannya terkunci. Kulit putih cerah dengan wajah mulus tanpa jerawat, lebih tinggi darinya dengan postur tubuh yang tegap. Jenis kelamin cowok. Membuat Kazua benar – benar kagum akan dirinya, ditambah bau harum tubuh yang mampir keindara penciuman , benar – benar membuat gadis itu terpaku tak bersuara.

“Dasar bodoh,”

Itu adalah kalimat pertama yang ia dengan keluar dari mulutnya. Tunggu dulu, jangan bilang kalau kalimat itu di tujukan untuknya. Hei apa apaan itu. Kenal juga enggak enak aja main judge orang senaknya.

“Loe…”

Kazua sudah bersiap untuk memaki ketika pria itu dengan seenak jidat memotong uapannya.

“Zafran.”

Tidak ada lagi yang bisa Kazua lakukan selain menelan kembali makiannya. Keningnya berkerut samar. Antara heran juga kesel. Heran karena tidak bertanya siapa namanya, juga kesel karena kalimatnya di potong dengan semena – mena.

“Kalau loe?”

Kazua tidak langsung menjawab. Sepertinya efek dari patah hati yang rasakan tadi mebuat otaknya berkerja dengan cukup lambat. Atau mungkin tenaga yang di putuhkan untuk sang otak berkerja sudah habis ia gunakan untuk berlari tadi. Entahlah, toh hasil akhirnya tetapa sama. Otaknya benar benar terasa blank. Bahkan tanpa sadar mulutnya sudah terbuka untuk membalas.

“Kazua. Nama gue Kazua."

““Kazua? Nama yang bagus,” puji pria yang mengaku bernama Zafran itu sambil tersenyum. Detik itu juga Kazua merasa kalau rasa kesel yang ia punya sudah menguap dengan begitu saja diganti rasa kagum dengan senyuman yang benar – benar manis menurutnya. Terlebih pemiliki senyum manis itu baru saja memujinya.

“Jadi Kazua, loe bisa kasih tau alamat rumah loe dimana? Sebelum kemudian loe malah pingsan tanpa tau harus gue bawa kemana nantinya.”

Setelah menyebutkan alamat rumahnya, keduanya tidak lantas langsung pulang. Zafran telah lebih dahulu membawa Kazua untuk duduk di bawah pohon yang tumbuh tak jauh dipinggiran lapangan. Baru kemudian meninggalkan Kazua sendirian disana. Membuat gadis itu sibuk mengira – ngira. Apa ini yang akan di lakukan seseorang setelah bertanya alamatnya? Bukannya segera mengantar pulang justru malah menelentarakannya seperti ini.

Saat Kazua sibuk dengan pemikirannya sendiri antara langsung pulang atau tetap disana untuk waktu yang sedikit lebih lama. Setidaknya sampai rasa nyeri di kaki sedikit mereda, sebuah botol minum tiba – tiba tersodor di hadapannya.

“Loe pasti haus kan? Minum dulu gih.”

Kazua mendongak. Tatapannya segera tertuju kearah Zafran yang tersenyum padanya dengan sebotol air dingin yang ia sodorkan. Sepertinya pria itu bukan meninggalkan dirinya sendiri tapi justru malah membelikannya minuman. Karena merasa cukup haus, tanpa berpikir Kazua segera meraih minumannya. Membuat Zafran lagi – lagi tersenyum sebelum kemudian duduk disampingnya.

“Sini gue bukain,” tanpa menunggu kalimat balasan dari Kazua, Zafran kembali mengambil air yang tadi di berikan ketika melihat Kazua yang kesulitan membukanya. Wajar saja sih, kan sudah di katakan kalau Kazua sudah tidak punya tenaga. Begitu tutup di buka, air itu kembali di sodorkan kearah Kazua yang langsung meneguknya.

“Jadi loe atlet lari?”

Kazua menoleh, menyadari kalau Zafran berbicara padanya. Atlet lari? Dia? Mustahil!

“30 putaran mengelilingi lapangan bola. Rekord yang sangat luar biasa untuk untuk ukuran seorang cewek kayak loe. Kayaknya loe bener – bener berniat untuk menjadi seorang juara,” komentar Zafran lagi.

“Bukan,” balas Kazua singkat. Zafran menoleh sekilas sebelum kemudian mengalihkan tatapnnya.

“Gue sama sekali bukan Atlet, dan gue juga nggak pengen jadi Atlet lari,” tegas Kazua lagi.

“Terus kenapa loe nekat lari kayak orang kesetanan gitu?” tanya Zafran.

Kazua tidak segera menjawab. Ia merasa ragu, apa harus menjawab jujur atau sebaiknya tutup mulut saja. Tapi mengingat ia adalah orang yang tidak suka akan ke bohongan akhirnya ia memilih untuk menjawab.

“Emp, sebenernya itu cuma kebiasaan gue buat nenangin pikiran aja sih.”

“Ha?” Zafran mengernyit, tapi Kazua hanya angkat bahu.

“Baiklah, berhubung ini sudah sore kayaknya mendingan gue langsung pulang aja deh,” kata Kazua kemudian. Dengan berlahan ia bangkit berdiri.

“Dan elo juga nggak perlu nganterin gue,” sambungnya lagi. “Tenang aja, gue juga nggak akan pinsan. Ini sudah biasa kok. Lagian kaki gue juga udah mendingan.”
Zafran ingin menjawab tapi kemudian urung. Berlahan pria itu membalas anggukan berlahan. Hanya mengantar kepergian Kazua dengan tatapannya.

“Oh iya Zafran,” kata Kazua sambil berbalik. “Ngomong – ngomong, terima kasih ya. Terima kasih untuk semuanya.”

Zafran hanya membalas dengan senyuman sembari mengangguk, membuat Kazua ikut tersenyum sebelum kemudian benar – benar berbalik pergi tanpa menoleh lagi.

Baiklah, untuk part awalnya cukup segitu dulu. Next bisa di lanjut ke Kazua Mencari Cinta Part 02

Detail Cerpen
Ana Merya
Ana Merya ~ Aku adalah apa yang aku pikirkan ~

Post a Comment for "Novel Online "Kazua Mencari Cinta" ~ 01 / 22"